STRUKTUR DAN FUNGSI SEL
Sel adalah unit pembentuk semua rnakhluk hidup. Setiap sel adalah suatu sistern lengkap (self-contained) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan menggunakan energi, melakukan respirasi, reproduksi, dan ekskresi. Sel-sel bergabung untuk membentuk jaringan.
jaringan-jaringan bersatu untuk membentuk organ, dan organ-organ membentuk sistem tubuh. Untuk memahami bagaimana berbagai organ dan sistem tubuh bekerja, maka pertama-tama kita harus memahami apa yang dimaksud dengan sel.
KONSEP FISIOLOGIS
STRUKTUR SEL
Sel terdiri dari ruang-ruang internal yang dipisahkan oleh rnembran-membran semi permeabel. Berbagai ruang internal tersebut dibungkus bersama-sama menjadi satu oleh sebuah membran sel. Ruang-ruang internal sel dapat dibagi inenjadi dua bagian utama, yaitu sit0plasma dan inti sel (nukleus).
SITOPLASMA
Sitoplasma meliputi semua yang ferletak di dalam sel tetapi di luar inti sel. Mitokondria adalah sumber energi sel, sedangkan retikulum endoplasma dan ribosom adalah struktur sitoplasmik (organel) yang penting untuk membentuk protein. Aparatus Golgi adalah suatu kompleks membran dan vesikel yang berperan dalam sekresi berbagai protein yang dibentuk di ribosom. Lisosom intrasel adalah vesikel yang mengandung enzim-enzim pencernaan. Kerangka internal sel, yang disebut sitoskeleton terdiri dan berbagai mikrotubelus dan mikrofilamen. Sitoskeleton menyokong sel dari bagian dalam dan mernungkinkan adanya pergerakan berbagai bahan di dalam sel. Sitoskeleton ini juga memungkinkan terjadinya gerakan tonjolan-tonjolan ke bagian luar sel, misalnya tonjolan mirip rambut yang disebut sillia.
Inti Sel
Inti sel adalah suatu organel besar terbungkus membran yang mengandung berbagai asam deoksiribonukleat (DNA, deoxyribonuclic acids). yaitu bahan genetik seL. DNA mengaIami pelipatan-pelipatan di dalam intl sel yang bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan. Jenis protein ang berperan dalam menentukan pelipatan dan proteksi DNA tersebut dlsebut histon. Histon dan DNA ditemukan di bagian inti sel yang disebut nukleolus. Di dalam nucleolus inilah terjadi replikasi DNA, pembelahan sel, dan transkripsi DNA.
MEMBRAN SEL
Setiap sel dibungkus oleh sebuah membran sel (Ganibar 1.1). Membran sel -adalah suatu sawar semipermeábel dan tersusun dari sebuah lapisan ganda (bilayer). Fosfolipid yang dalamnya mengandung molekul-molekul protein yang dapat bergerak bebas. Molekul-molekul protein tersebut menembus membran secara total atau parsial.
lapis Ganda Fosfolipid
Melekul fosfolipid terdiri dari sebuah molelekul fosfolipid polar (bermuatan) yang digabungkan dengan sebuah rantai lemak atan lipid yang sompolar. Ujung’ polar, yaug mengung fosfat, mengarah ke dalam atan ke luar sel. Sedangkan rantai mempolarnya membentuk badan membran sel. Molekul-molekul fosfolipid tersebut berjajar di mana satu ujung polar molekul terletak di luar diikuti oleh molekul lain yang ujung poirnya di dalam; bagian lemak dari molekul-molekul tersebut terleták berdekatan di membran sel.
Protein Integral
Protein yang menembus membran secara total disebut protein integral. Protein integral biasanya mengalami glikosilasi (terikat ke glukosa) atau terlkat oleh lemak di sisi ekstraselnya Kompleks protein-karbohidrat atau,
Gambar 1.1. Membran Sel ujung sebelah kanan masih utuh, tetapi ujung sebelah kiri telah dlbelah d sepanjang bidang ujung lemak (bagian yang tidak Iarut air).
protein-lemak ini sering berfungsi sebagai molekul reseptor untuk hormon-hormon protein, atau berfungsi untuk memungkinkan sel berkomuriikasi satu sama lain. protein integral juga dapat bekerja sebagai suatu saluran di membran, membentuk suatu pori-pori untuk pergerakan ion-ion kecil ke dalam sel, atau sebagai pembawa (carrier) zat-zat polar yang ukurannya terlalu besar untuk melewati pori-pori sel. Beberapa protein integral adalah enzim-enzim terbungkus membran yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi kimia.
PERGERAKAN MELINTASI MEMBRAN
Zat-zat seperti oksigen, karbondioksida, lemak netral, kolesterol, alkohol, dan urea bersifat larut lemak dan berpindah melalui proses difusi sederhana melintäsi lapisan ganda lemak. Zat-zat lain yang tidak larut lemak, misalnya sebagian besar ion kecil, glukosa, asam amino, dan protein, berpindah dari cairan ekstrasel ke ruangan intrasel melalui pori pori yang dibentuk oleh protein integral atau melalui sistem transport yang diperantarai oleh pembawa (carrier). Pemindahan yang diperantarai oleh pembawa carrier tersebut juga berasal dari protein integral. Cairan ekstrasel terdiri dari darah dan cairan yang terdapat di antara sel-sel atau cairan interstisial.
DIFUSI SEDERHANA MELINTASI MEMBRAN SEL
Difusi sederhana melintasi membran sel terjadi melalui gerakan acak molekul-molekul. Proses ini tidak memerlukan energi. tetapi pada akhirnya dapat menghasilkan gerakan menembus membran. Substansi yang bersifat permeabel terhadap membran sel akan berdifusi baik itu kedalam maupun keluar sel sampai terjadi keseimbangan konsentrasi diantara kedua ruangan tersebut. Oleh karena itu tidak akan terjadi peningkatan konsentrasi suatu zat hanya pada salah satu bagian sel saja.
Osmosis
Difusi air ke dalam set disebut osmosis. Osmosis terjadi secara terus rnenerus antara ruangan intrasel dan ekstrasel, seiring dengan pergerakan air ke gradien konsentrasi yang lebih rendah. Tekanan osmotik larutan merupakan salah satu faktor yang mendorong air untuk bergerak kesalah saru arah. Tekanan osmotik suatu larutan bergantung pada jumlah partiket atau ion yang terdapat di dalam Iairutan air tersebut.
Suatu sel yang mengalami dehidrasi memiliki tekanari osmotik yang tinggi yaitu konsentrasi airnya rendah dan konsentrasi partikelnya tinggi. Pada kondisi demikian maka air akan berdifusi ke dalain sel tersebut.Sel yang mengalanfi hidrasi berlebihan (overhydrated) memiliki tekanan osmotik yang rendah yaitu konsentrasi air tinggi dan konsentrasi partikel rendah, sehingga menyebabkan air berdifusi keluar dari sel tersebut.
Difusi Sederhana Melalui Pori-Pori Protein
Ion-ion kecil misalnya hidrogen, natrium, kaium, dan kalsium memiliki muatan listrik yang terlalu besar untuk dapat berdifusi menembus membran lemak sel. Sebagai gantinya ion-ion tersebut akan berdifusi rnelalui pori-pori yang dibentuk oleh protein integral. Saluran-saluran protein ini biasanya selektif terhadap ion-ion yang akan melaluinya. Selektivitas tersebut didasarkan pada bentuk dan ukuran saluran serla sifat listrik ion yang bersangkutan.
Banyak saluran protein yang memiliki pintu/gerbang; saluran-saluran tersebut dapat terbuka atau tertutup bagi suatu ion. Apakah pintu tersebut akan terbuka atau tatutup biasanya bergantung pada polerisial listrik yang melintasinya (mis., pintu natrium), atau pada pengikatan pintu oleh suatu ligan. Salah satu contoh peran ligan dalam membuka atau menutup pintu tersebut adalah saat asetilkolin berikatan dengan protein-protein di taut
neuromuskulus, sehingga terjadi pembukaan pintu bagi banyak molekul kecil, termasuk ion natrium dan kalsium. Seperti semua jenis difusi sederhana, difusi melalui suatu pintu akari terus berlangsung sampai konsentrasi di kedua sisi membran setara atau pintunya temitup.
Pemindahan Dengan Perantara
Bagi banyak zat misalnya glukosa dan berbagai asam amino, difusi sederhana tidak mungkin terjadi. Molekul-molekul ini terlalu besar untuk melewati bagian lemak membran dan/atau terlalu besar untuk melintasi pori-pori sel. Sebagai gantinya zat-zat ini, yang disebuf substrat. dibawa menembus membran dengan bantuan suatu pembawa Jenis pergerakan ini disebut pemindahan dengan perantara (mediated transport), dan kadang-kadang tidak memerlukan energi atau memerlukan energi yang berasal dari pemecahan adenosin trifosfat (ATP; lihat Pembentukan Energi di bawah).
PEMINDAHAN AKTIF adalah pemindahan dengan perantara yang memerlukan energi. Dengan pernindahan aktif, energi digunakan oleh seluntuk mempertahankan konsentrasi suatu zat menjadi lebih tinggi di salah satu sisi membran dibandingkan konsentrasinya di sisi lain. Contoh-contoh zat yang dipindahkan secara aktif inl adalah natrium, kalium, kalsium, dan asam-asam amino; Masing-masing zat tersebut dipindahkan secara aktif, dengan bantuan suatu zat pembawa, dalam suatu arah yang bertentangan dengan gradien konsentrasi. Zat-zat tersebu kemudian berpindah sesuai konsentrasi gradien melalui proses difusi sederhana dalam arah yang berlawanan.
DIFUSI TERFASILITASI adalah suatu pemindahan dengan perantara yang tidak memerlukan energi. Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) serupa dengan difusi sederhana yaitu bahwa tidak ada energi yang digunakan oleh sel untuk memindahkan suatu zat; dengan demikian, bagi zat yang bersangkutan tidak dapat diciptakan atau dipertahankan adanya gradien konsentrasi melintasi membran. Difusi terfasilitasi berbeda dan difusi sederhana yaitu bahwa suatu molekul yang sebenarnya tidak mampu melintasi membran set dibantu (difasilitasi) oleh suatu zat pembawa sehingga kemudian dapat melintasi membran. Glukosa berpindah masuk ke dalam sebagian besar sel melalui difusi terfasilitasi.
KarakteristikPembawa
Pemindahan aktif dan difusi terfasilitasi keduanya rnemerlukan pembawa
Semua pembawa dipengaruhi oleh sifat-sifat spesifisitas, kejenuhan(Satu rasi), dan kompetisi.
SPESIFISITAS PEMBAWA berarti bahwa hanva zat-zat tertentu yang dapat dipindahkan oleh suatu pembawa tertentu. Tampaknya pembawa dan substratnya memiliki konfigurasi yang cocok satu sama lain seperti gembok dan anak kuncinya.
SATURASI PEMBAWA berarti bahwa hanva pada suatu konsentrasi tertentu pembawa akan memindahkan suatu substrat. Penambahan substrat tidak akan meningkatkan pemindahan melintasi rnembran.
KOMPETISI PEMBAWA mengacu kepada pembawa yang memiliki kernampuan membawa lebih dari satu macam substrat. Substrat-substrat tersebut bersaing satu sama lain untuk menempati pembawa yang terbatas jumlahnya. Banyak obat, baik yang bersifat alamiah atau sintetik, berkompetisi dengan hormon-hormo’n dan neurotransmitter endogen untuk menempati pembawa yang sama.
ENDOSITOSIS
Apabila terdapat suatu zat yang sangat besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel melalui difusi atau pemindahan dengan perantara, maka akan terjadi endositosis (pencaplokan, engulfment) oleh membran sel. Pinositosis adalah endositosis suatu makromolekul, misalnya protein, oleh vesikel. Fagositosis adalah endositosis bakteri atau sel mati. Kedua proses tersebut memerlukan energi. Hanya sel-sel dan sistem imun (yi.,makrofag dan neutrofil) yang memelukan fagositosis.
PEMBENTUKAN ENERGI
Sel-sel dituntut untuk menghasilkan energi untuk mereka digunakan sendiri. energi tersebut didapatkan dari hasil ekstraksi energi yang terkandung di dalam ikatan-ikatan kimia pada molekul makanan dengan cara mereaksikan molekul makanan dengan oksigen di dalam mitokondria sel. Molekul-molekul makanan yang digunalan adalah karbohidrat yang diuraikan menjadi glukosa, protein menjadi asarn-asam amino, dan lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.
Proses di mana molekut-molekul makanan direaksikan dengan oksigen, yang kemudian rnenghasilkan energi, disebut fosforilasi oksidatif.
Proses ini memerlukanbeberapa enzim, yang bekerja secara berurutan di
dalam mitokondria. Hasil akhirnya adalah pembentukan molekul kaya
energi adenosin trifosfat (ATP). ATP adalah suatu molekul yang terdiri
dari basa nitrogen adenosin, gula ribosa, dan tiga molekul fosfat yang
disatukan bersama-sama. Dua fosfat terakhir diikat o!eh suatu ikatan
berenergi tinggi, yang apabila diputus akan membebaskan sekitar 7 kkal
per mol energi yang dapat digunakan oleh seL
Fosforilasi Oksidatif Glukosa
Walaupun fosforilasi oksidatif glukosa terjadi di mitokondria, namun
harus ada suatu langkah awal dalam penanganan glukosa sebelum fosrilasi tersebut terjadi. Langkah ini disebut glikolisis dan berlangsung disitoplasma. Proses ini bersifat anaerobik, yang berarti bahwa ia terjadi tanpa memerlukan oksigen. Melalui kerja enzim-enzim sitoplasma, glukosa diubah menjati asam piruvat. Proses ini menghasilkan sejumlah kecil ATP (dua molekul) Pada saat terjadi kekurangan oksigen, proses glikolisis ini berpan kecil tetapi penting dalam suplai ATP untuk sel.
(Lihat bagian Glikolisis Anaerobik di bawah).
ApibiIa tersedia cukup oksigen (aerobik), maka molekul-molekul asam piuvat akan bergerak ke dalam mitokondria, niemasuki asam sitrat atau siklus Krebs dan diubah oleh enzim-enzim yang terdapat di sana menjadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A (asetil K0A). Proses ini menghasilkan tambahan dua molekul ATP. Asetil KoA ke.mudian secara enzimatis diubah menjadi karbon dioksida dan hidrogen. Karbon dioksida berdifusi keluar mitokondria dan keluar sel, di mana kemudian zat ini diserap oleh darah, dibawa ke paru-paru dan dikeluarkan dari tubuh. Atom-atom hidrogen mengawali proses fosforilasi oksidatif di mana seIama proses itu mereka berikatan dengan molekul-molekul oksigen melalui suatu rantai transportasi elektron yang terdapat di membran mitokondria. Hasil dan proses ini adalah pembentukan energi dalarn jumlah yang sangat besar, dalam bentuk 34 molekul ATP. Dari metabolisme satu buah molekul glukosa, total dibentuk 38 molekul ATP.
_.. .
Fosforilasi Oksidatif Asam Lemak Dan Gliserol
Sel juga menggunakan asam-asam Iemak bebas dan gliserol dalam fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Gliserol adalah suatu karbohidrat dengan tiga rantai karbon, yang mengalami glikolisis dan masuk
ke sikius Krebs sebagai asetil KoA. Asam-asam lemak bebas berdifusi langsung ke dalam mitokondria tempat mereka diubah menjadi asetil KoA oleh berbagai enzim. Asetil KoA kemudian masuk ke sikius Krebs. Penguraian satu molekul lemak menghasilkan 463 molekul ATP. Lemak memiliki berat per mol lima kali lebih besar dibandingkan dengan glukosa. Dengan demikian, per gramnya, metabolisme lemak menghasilkan ATP sekitar tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan metabolisme glukosa. Dengan demikian, lemak adalah bentuk penyimpanan energi yang jauh lebih efisien dibandingkan karbohidrat.
Fosforilasi Oksidatif Asam Amino
Asam-asam amino masuk ke dalam mitokondria setelah molekul nitrogennya dikeluarkan (deaminasi). Setelah deaminasi, asam-asam amino tersebut masuk ke dalam sikius Krebs di berbagai titik. Sebagian, misalnya alanin, masuk pertama sebagai asam piruvat; diikuti oleh yang lain yang masuk sebagai zat antara. Tempat asam-asam amino tersebut masuk ke siklus Krebs menentukan seberapa banyak atom hidrogen yang mereka tambahkan ke rantai transport elektron hn seberapa banyak molekul ATP yang terbentuk.
Glikolisis Anaerob
Apabila tidak tersedia oksigen, maka asam piruvat yang dihasilkan oleh glikolisis tidak masuk ke sikius Krebs, tetapi berikatan dengan hidrogen untuk membentuk asam laktat. Dua molekul ATP yang terbentuk dari penguraian satu molekul glukosa menjadi asam piruvat disediakan untuk menjaga sel tetap hidup. Kondisi ini mengakibatkan glukosa digunakan secara bertebihan, sehingga rnenyebabkan hilangnya 34 molekul ATP yang seharusnya terbentuk. Proses ini hanya dapat benlangsung singkat sebelum teiadi deplesi glukosa.
Asam Iaktat yang dihasilkan oleh glikolisis anaerob berdifusi keluar sel dan masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pH plasma (peningkatan keasaman plasma). Dengan kernbalinya oksigen, asam lakiat akan diubah kembali menjadi asam piruvat, terutama di hati, dan sikius Krebs akan berjalan kembali.
Pemakaian Atp Sebagai Sumber Energi
ATP yang dibentuk di mitokondria masuk kembali ke dalam sitoplasma melalui kombinasi difusi sederhana dan difusi terfasilitasi. Apabila di-butuhkan oleh sel, maka ATP dapat segera diuraikan menjadi adenosin difosfat (ADP) melalui pemecahan enzimatik ikatan antara dua fosfat terakhir. Reaksi ini rnenyebabkan pembebasan energi, yang kernudian digunakan oleh sel untuk rnenjalankan tugas-tugas lain yaitu transportasi zat terlarut, sintesis protein. reproduksi, dan pergerakan.
Walaupun sel mernperoleh energi rnelalui pembentukan dan penguraian ATP, namun di dalam sel itu sendiri hanya sedikit tersimpan ATP. Sebaliknya, energi tersimpan dalam bentuk substrat untuk pembentukan ATP, yaitu karbohidrat, lemak, protein, dan produk-produk metaboliknya. Komponen esensial lain untuk membentuk ATP, yaitu oksigen, secara terus menerus disalurkan ke sel melalui kerjasama sistem kardiovaskular dan pernapasan.
POMPA NATRIUM-KALIUM
Salah satu contoh pemindahan aktif adalah pemompaan natrium dan kalium melewati membran sel. Pemindahan ini bergantung pada protein pembawa integral yang dikenal sebagai pompa natrium-kalium. Energi yang diperlukan bagi kerja pompa ini, didapatkan dari pemecahan ATP oleh suatu enzim-. Enzim ini dikenal sebagai natrium-kalium ATPase.
Pompa natrium-kalium memindahkan ion-ion natrium keluar sel. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di cairan ekstrasel (142 miliekivalen per liter) dibandingkari dengan di cairan: intrasei.(14 miliekivalen per liter). Kalium secara aktif dipindahkan ke dalam sel, dan rnenyebabkan konsentrasinya di cairan intrase (140 miliekivalen per liter) lebih besar dari pada cairan ekstrasel (4 miliekivalen per liter).
Pompa natrium-kalium mengangkut tiga molekul natrium keluar sel dan dua molekul kalium masuk ke dalarn sel, pada saat yang bersamaan.
Efek Pemompaan Natrium dan Kalium
Karena natrium dan kalium keduanya adalah kation (membawa muatan positif), maka pemindahan tiga natrium keluar sel dan hanyadua kalium ke dalam sel menciptakan suatu gradien listrik di antara kedua sisi membran. Potensial membran listrik lnilah yang memungkinkan sel saraf berfungsi dan menimbulkan potensial aksi (Bab 6).
Pompa natnium-kalium sangat penting untuk mengontrol volume sel. Adanya bermacam-macam protein dan zat organik lain dalam intrasel yang tidak dapa melewati membran sel menciptakan kecenderungan air berdifusi ke dalam sel. Difusi air ini apabila tidak dibatasi, dapat menyebabkan sel membengkak dan akhirnya pecah. dengan pemindahan aktif tiga ion natrium keluar Sel, tekanan osmotik di dalam sel berkurang,dan difusi air ke dam sel tertahan.
PEMINDAHAN GABUNGAN
Banyak pemindahan. zat yang digabungkan dengan pindahan aktif natrium. Zat-zat itu adalah glukosa, asam-asam amino, ion hidrogen, dan kalsium. Energi yang dibutuhkan untuk pemindahan zat-zat tersehut Secara tidak langsung disuplai oleh penguraian ATP oeh natrium-kalium ATPase. Jenis pindahan ini disebut transport aktif sekunder.
Pemindahan gabungan ini dapat memiliki arah yang sama seperti pemindahan natrium (keluar sel - kotransportasi), atau berlawanan dengan arah pemindahan natrium (ke dalam sel - kontratransportasi). Kedua jenis pemindaha tersebut bergantung pada difusi natrium, dan mengikuti penurunan gradient konsentrasinya, yang sebaliknya berganturig pada pemindahan aktif natrium oleh pompa natrium-kalium Pada kotransportasi,natrium menarik zat-zat yang digabungkan tersebut keluar sel.. Zat-zat tersebut berikatan dengan pembawa natrium di sisi luar membran. Dan natrium di bagian dalam. Dengan demikian. sewakru natrium dibawa keluar sel,zat tertebut masuk ke dalam sel.
PEMINDAHAN KALSIUM
Kalsium dapat di pindahkan oleh kontratransport bersama natrium atau dengan pemindahan aktif primer melalui pompa kasium. Terdapat dua pompa kalsium. Salah satunya adalah suatu protein integral yang terdapat di membran sel. yang memindahkan kalsiurn keluar seL Yang lain adalah suatu pompa intraseI, yang memompa kalsium keluar dari sitoplasma, masuk ke dalarn tuangan intrasel misalnya retikulum sarkoplasma, yang menyebabkan kalsium terisolasi di dalam sel. Kedua pompa ini menyebabkan konsentrasi kalsium di intraseluler tetap rendah. Pompa kalsium berlaku sebagai ATPase, yang memperoleh energi dari pernecahan ATP, untuk memompa kalsium melawan gradien konsentrasinya.
GENETIK SEL
Materi genetik pada Setiap manusia terkandung dalarn 46 kromosom atau 23 pasang kromosom, dimana pada setiap pasang salah satunya berasal dari masing-masing Orang ua. Setiap sel di dalam tubuh memiliki 46 kromosom yang sama jenisnya. Duapuluhdua pasang diantaranya mernpunyai jenis yang sama baik itu pada laki-laki maupun perempuan.
pasangan kromosom ke 23 adalah kromosom sex, X atau Y.,Wanita mempunyai 2 kromosom X, sedangkan laid-laid memiliki sam kromosom X dan sam kromosom Y.
DNA
Setiap kromosom terdiri dari ratusan ribu molekul DNA. DNA terbentuk dari asam fosforat, sebuah molekul gula yang disebut deoksiribosa, dan satu dari empat basa nitrogen: adenin, guanin, timin, atau sitosin.
Molekul DNA berjajar di dalam sel dalam bentuk heliks ganda (Gambar 1.2). di mana asam fosforat dan gula deoksiribosa membentuk tulang belakang (rangka utama) heliks. Pasangan basa dari dua molekul DNA terletak di antara dua untai heliks, berhadapan satu sama lain. Adenin selalu berikatan dengan timin, dan sitosin selalu berikatan dengan guanin. Ikatan tersebut longgar, sehingga heliks dapat memisah sewaktu terjadi pembelahan sel atau sewaktu sintesis protein dimulai.
Gambar 1.2 Heliks ganda DNA
Untuk bereproduksi, sel harus melakukan replikasi bahan genetiknya dan kemudian membelah menjadi dua. Replikasi dan pembelahan sel disebut siklus sel (lihat Bab 4).
REPLIKASI
Agar dapat bereplikasi, untaian heliks ganda terurai dan masing-masing untai berfungsi sebagai cetakan untuk untai baru. Dalam pembentukan untai baru DNA, setiap adenin hanya akan berikatan dengan timin dan setiap sitosin hanya akan berpasangan dengan guanin. Dengan demikian,hanya satu untai, yang berfungsi sebagai cetakan bayangan-cermin (mirror-image template) bagi untai lainnya, yang dibutuhkan untuk mereplikasikan keseluruhan heliks ganda.
Replikasi pasangan-pasangan kromosom dan DNA terjadi di inti sel. berbagai enzim berperan dalam replikasi DNA, yang pada akhirnya menghasilkan replikasi setiap krornosom. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam proses replikasi maka proses tersebut diperiksa ulang oleh enzim-enzim “proofreading” (pengoreksi). Apabila ditemukan adanya kesalahan, maka enzim tersebut akan menyingkirkan dan memperbaikinya Apabila kesalahan tersebut tidak diperbaiki. maka akan teradi imutasi DNA.
PEMBELAHAN SEL
Setelah mengalami penggandaan, seluruh pasangan kromosom akan menjauh satu sama lain dan sel akan terbelah menjadi dua buah sel. Sel-sel baru yang terbentuk, mengandung seluruh informasi genetik yang terdapat pada 23 pasang kromosom. Proses terjadinya pembelahan sel disebut mitosis.
Meiosis, adalah jenis pembelahan sel, yang berlangsung di sel-sel reproduksi, yaitu sel telur dan sperma. Meiosis terdiri dari dua pembelahan sel yang menghasilkan total empat sel baru. Meiosis dan mitosis dijelaskan di Bab 2.
KONTROL ATAS REPLIKASI DAN PEMBELAHAN SEL
Beberapa sel, misalnya sel-sel hati, sumsum tulang, dan saluran cerna, mengalami replikasi dan mitosis secara terus menerus. Sel-sel lainnya, pembelahan kecuali pada masa perkembangan janin atau pada periode neonatus. Faktor-faktor pertumbuhan atau faktor-faktor hormonal menentukan berjalan-tidaknya sikius sel dan menentukan seberapa sering suatu sel akan bereplikasi dan membelah. Protein-protein ini dapat mempengaruhi replikasi dan pembelahan sel, baik bagi sel itu sendiri, atau mempengaruhi replikasi dan pembelahan sel yang lain. Melalui pengikatan dengan DNA sel, hormon dan faktor pertumbuhan tersebut dapat mengaktifkan DNA, menyebabkan pembentukan protein dan enzim, yang akan digunakan untuk rnemulai replikasi sel.
PEMBENTUKAN PROTEIN
Pembentukan atau sintesis protein berlangsung di semua sel. Proses ini terjadi sewaktu potongan-potongan DNA diaktifkan. Walaupun setiap sel mengandung DNA yang identik pada 46 kromosomnya, namun beberapa sel mengalami pengaktivan DNA di bagian yang berbeda-beda dalam mensintesis protein. Bagian-bagian DNA yang diaktifkan disebut gen. Terdapat sekitar 50.000—100.000 gen di dalam tubuh manusia yang terdistribusi di antara 46 kroomosom. Masing-masing gen mengandung antara 90 dan 300 molekul DNA. Masing-masing gen mengkode protein atau enzim tertentu. Mengaktitkan atau menginaktifkan gen yang herbeda-beda menyehahkan sel-seI tersebut membentuk protein yang berbeda-beda pula
Walaupun gen-gen yang mengontrol pembentukan protein terletak di inti sel, protein juga dibentuk di dalam sitoplasma di struktur khusus yang disebut ribosom. Pesan dan gen yang telah diaktitkan di inti sel harus dibawa ke ribosom. Proses mi berlangsung melalui pembentukan sebuah duplikat gen di inti sel, yang kemudian dibawa ke ribosom.
TRANSKRISI DNA MENJADI RNA MESSENGER
Untuk mentranskripsikan atau membuat duplikat sebuah gen, maka pada rantai helix ganda dimana terletak kromosom yang mengandung gen, harus diuraikan teriebih dahulu. Setelah terurai, sebuah enzim khusus, yang disebut RNA polimerase, melekat pada gen di bagian tertentu , dan disebut sukuens .pengontrol atau promotor. Sewaktu RNA polimerase melekat pada tempat tersebut. gen mengalami penggandaan, dengan cara yang sama seperti pada proses replikasi DNA Namun, duplikat baru tersebut bukan potongan DNA baru, tetapi suatu molekul yang disebut asam ribonukleat (RNA). RNA, seperti DNA, mengandung asam fosforat, tetapi mengándung gula ribosa bukan deoksiribosa dan basa urasil bukan timin. Sewaktu suatu gen disalin sebagai RNA, setiap basa sitosin menjadi guanin, setiap guanin menjadi sitosin, setiap timin menjadi adenin, dan setiap adenin menjadi urasil. Keseluruhan gen ditranskripsikan dengan cara ini. Setelah gen disalin, RNA polimerase akan mencapai sekuens khusus di DNA (disebut sekuens terminasi/akhir) dan proses akan berhenti. Salinan RNA kemudian dibebaskan dari gen dan bergerak menuju ke sitoplasma. RNA yang menyampaikan pesan DNA ke ribosom disebut messenger RNA (mRNA).
Adenin, guanin, sitosin, dan urasil adalah basa-basa yag memerintahkan ribosom, mengenai protein apa yang akan dibuat. Basa-basa tersebut diangkut secara bertiga-tiga dalam satu kelompok, yang disebut triplet atau kodon, oleh mRNA ke ribosom. Masing-masing triplet mengkode sebuah asam amino.. Terdapat 20 asam amino yang digunakan di dalam tubuh manusia yang saling berkombinasi melalui bermacam-macam cara untuk membentuk semua protein di dalam tubuh. Untai panjang triplet-triplet RNA dapat dipotong di setiap titik sebelum molekul meninggalkan inti sel, sehingga dari satu gen dapat diciptakan berbagai protein yang berlainan.
RNA TRANSFER
mRNA bergerak dari sitoplasma menuju ke ribosom. Sibelum ribosom membentuk ptotein dari cetakan mRNA, suatu jenis RNA lain, yang disebut RNA transfer (tRNA), terikat pada triplet, dengan menghubungkan basa-basa sesuai bayangan cermin. Terdapat paling sedikit 20 jenis tRNA, yang masing-masing membawa satu asam amino di salah satu ujungnya dan triplet pengkode aam amino di ujung yang lain.
TRANSLASI RNA MESSENGER MENJADI PROTEIN
Setelah mRNA menemukan tRNA pasangannya, maka kedua molekul tersebut berikatan dengan ribosom, yang sebagian terdiri dari jenis RNA ketiga yaitu, RNA ribosorn. Asam amino yang diangkut oleh tRNA ditambahkan ke rantai asam amino yang sedang tumbuh di ribosom, sampai ribosom diberi sinyal agar asam amino berhenti ditambahkan ke rantai, oleh suatu kodon khusus yang disebut sinyal stop. Protein kemudian selesai dibentuk dan dibebaskan dari ribosom. Proses ini disebut translasi.
KONTROL ATAS PEMBENTUKAN PROTEIN
Protein pengatur (regulatory proteins) menghambat atau mengaktifkan bagian promotor dari masing-masing gen di dalam sel, menentukan gen-gen mana yang akan diaktifkan, ditranskripsikan menjadi mRNA, dan membentuk protein. Apabila protein menghambat bagian promotor dari suatu gen, maka dari gen tersebut tidak akan terjadi pembentukan protein. Apabila suatu protein pengatur berikatan atau dekat dengan daerah promotor, sehingga ia dapat dicapai oleh RNA polimerase, maka terjadi pengaktifan transkripsi gen tersebut menjadi mRNA.
Pembentukan protein pengatur berkaitan dengan gen-gen yang berespons terhadap sinyal umpan balik, isyarat kimiawi, dan berbagai hormon misalnya hormon tiroid dan hormon pertumbuhan. Sinyal-sinyal ini menyebabkan pembentukan protein dengan fungsi represi atau aktivasi. Faktor-faktor lain yang mengubah fungsi histon yang merupakan penentu pelipatan dan pembukaan bagian-bagian DNA juga dapat mempengaruhi transkripsi DNA.
JENIS SEL
SEL EPITEL
Sel epitel membentuk jaringan yang membungkus sebagian besar struktur internal dan eksternal tubuh. Sel-sel ini bergabung bersama-sama, menjadi penunjang bagi struktur di bawahnya. Jaringan epitel juga berfungsi sebagai sawar pelindung dan medium bagi absorpsi dan sekresi.
Contoh jaringan epitel adalah kulit (epidermis), jaringan yang membungkus semua organ internal dan tubulus, mikrovili usus, dan silia yang melapisi saluran pernapasan. Sel-sel kelenjar yang mensekresikan hbrbagai zat ke dalam duktus (kelenjar eksokrin) atau ke dalam aliran darah (kelenjar endokrin) tersusun dari sel-sel epitel. Organ-organ sensorik juga mengandung sel epitel. Lapisan epitel biasanya memiliki ketebalan satu atau dua lapis sel.
SEL JARINGAN IKAT
Jaringan ikat terdiri dari beragam jenis sel, termasuk fibroblas, sel adiposa (lemak), sel mast, dan sel endotel vaskular.
Jaringan ikat menyatukan jaringan-jaringan lain melalui sekresi protein dan zat-zat mirip-gel yang dihasilkan oleh flbroblas ke dalam ruang yang mengelilingi sel. Zat-zat protein tersebut mencakup kolagen, suatu serat putih yang tebal dan berfungsi sebagai penunjang struktural; elastin, protein yang dapat diregangkan yang memungkinkan jaringan melentur sewaktu diregangkan, dan serat retikulum, yaitu suatu untaian serat tipis fleksibel yang memungkinkan organ mengakomodasikan peningkatan volume. Sedangkan zat serupa gel, sebagian besar terdiri dari asam hialuronat, terdapat berselang-seling di seluruh ruang interstisium untuk mempertahankan air dan berfungsi sebagai penunjang dan pelindung.
Jaringan adiposa dan sel endotel memberikan makanan dan menunjang kelangsungan hidup fibroblas. Sel mast mengandung granula-granula yang terisi histainin dan zat vasoaktif lainnya. Degranulasi sel mast adalah suatu langkah penting untuk dimulainya suatu reaksi peradangan.
Jaringan hematopoietik dianggap sebagal jaringan ikat. Jaringan hematopoietik meliputi sumsum tulang, sel darah, dan jaringan limfatik. Membran basal yang dijumpai di sepanjang permukaan pertemuan antara jaringan ikat dan ringan di dekatnya juga dianggap sebagai lapisan jaringan ikat. Membran. ini mengikat, menunjang, dan memungkinkan perbaikan jaringan.
SEL OTOT
Sel otot adalah sel yang sangat berdiferensiasi (mengalami spesialisasi), yang memiliki kemampuan untuk berkontraksi dan menyebabkan gerakan atau peningkatan tegangan. Kelompok-kelompok sel otot membentuk salah satu dari tiga jenis jaringan otot, rangka polos, atau jantung.
Sel-sel otot terdiri dari protein aktin dan miosin. Jembatan-jembatan silang yang terletak antara aktin dan miosin menyatu dan berayun apabila dirangsang dengan urutan yang tepàt (Bab 10). Hal ini menyebabkan otot sebagai suatu keseluruhan, berkontraksi dan melakukan kerja atau menghasilkan tegangan. Semua jenis sel memerlukan kalsium intrasel dengan konsentrasi yang tinggi agar dapat berkontraksi. Tiap-tiap sel memperoleh kalsium dan sumber yang berlainan, sehingga metode dalam merangsang terjadinya kontraksi menjadi berbeda.
OTOT RANGKA melekat ke tulang melalui tendon. Otot rangka berkontraksi secara volunter (sadar) sewaktu dirangsang oleh impuls neuron motorik. Otot rangka juga menggunakan kalsium yang dibebaskan dari ruangan intrasel untuk berkontraksi. Otot rangka yang telah dewasa tidak lagi mengalami metosis.
OTOT JANTUNG terdapat di jantung, berkontraksi secara spontan karena kemampuan intrinsiknya untuk mengalami depolarisasi dan melepaskan potensial aksi. Otot jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom: saraf simpatis dan parasimpatis. Input-input saraf ini dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan atau kekuatan kontraksi jantung. Kontraksi jantung melibatkan pemasukan kalsium ke dalam sel otot dari cairan ekstrasel serta dari ruangan intrasel. Seperti otot rangka, sel-sel otot jantung tidak mengalami metosis.
OTOT POLOS dijumpai di seluruh tubuh, termasuk sistem vaskular, saluran kemih-kelamin, dan semua bagian saluran cerna, dan bekerja secara tidak sadar (involunter). Otot polos dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yang dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan kontraksi. Apabila diregangkan, kontraksi otot polos akan meningkat. Otot polos terutama mengandalkan pemasukan kalsium dari cairan ekstrasel untuk berkontraksi. Sel-sel otot polos dapat mengalami mitosis.
KONSEP PATOFISIOLOGIS
Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang terus menerus berubah dan potensial terhadap rangsanan yang merusak. Apabila perubahan dan rangsangan bersifat ringan atau singkat, maka sel akan mudah beradaptasi. Rangsangan yang lebih lama atau lebih kuat dapat menyebabkan cedera sel atau bahkan kematian.
ATROFl
Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat merupakan suatu respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan. Dengan menurunnya beban kerja, maka kebutuhan akan oksigen dan gizi juga berkurang. Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil, menyusut.
Contoh-contoh Atrofi Sel
Atrofi dapat terjadi akibat sel/jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi nol). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan. Hal ini tampak pada payudara wanita pascamenopaus atau atrofi pada otot rangka setelah pemotongan korda spinalis. Atrofi lemak dan otot terjadi sebagai respons terhadap defiensi gizi dan dijumpai pada orang yang mengalami malnutrisi atau kelaparan. Atrofi dapat juga terjadi akibat insufisiensi suplai darah ke sel, sehingga pemberian zat-zat gizi vital dan oksigen terhambat.
HIPERTROFl
Hipertrofi adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Kebutuhan suatu sel akan oksigen dan zat-zat gizi yang meningkat, menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil. Kondisi ini membuat sintesis protein juga ikut meningkat.
Contoh-contoh Hipertrofi Sel
Hipertrofi terutama dijumpai pada sel-sel yang tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan beban kerja, dengan cara meningkatkan jumlah (hiperplasia) mejalui mitosis. Contoh sel yang tidak dapat mengalami mitosis, tetapi mengalami hipertropi, adalah set otot rangka dan jantung. Otot Polos dapat mengalami baik hipertrofi maupun hiperplasia. Terdapat tiga jenis utama hipertrofi.
HIPERTROFI FISIOLOGIS, perubahan normal yang terjadi akibat peningkatan beban kerja suatu sel (mis., olah raga).
HIPERTROFI PATOLOGIS terjadi sebagai respon terhadap suatu keadaan sakit, misalnya, hipertrofi-ventrikel kiri sebagai respon terhadap hipertensi kronik.
HIPERTROFI KOMPENSASI terjadi sewaktu sel-sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain yang telah mati. Contoh, hilangnya satu ginjal menyebabkan sel-sel di ginjal yang masih ada mengalami hipertrofi sehingga terjadi peningkatan bermakna ukuran ginjal tersebut.
HIPERPLASIA
Hiperplasia adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan mitosis.
Contoh-contoh Hiperplasia
Hiperplasia dijumpai pada sel-sel yang dirangsang oleh peningkatan beban kerja. sinyal hormon, atau sinyal lokal sebagai respons terhadap penurunan kepadatan jaringan. Hal ini hanya dapat terjadi pada sel-sel yang mengalami mitosis, misalnya sel otot polos, hati, ginjal, dan jaringan ikat. Hiperplasia dapat bersifat fisiologis, patologis, atau dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap kehilangan atau cedera jaringan.
HIPERPLASIA FISIOLOGIS terjadi setiap bulan pada sel-sel uterus selama stadium folikular siklus menstruasi.
HIPERPLASIA PATOLOGIS dapat terjadi pada perangsangan hormon yang berlebihan. Hal ini dijumpai pada akromegali, suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai oleh kelebihan hormon pertumbuhan.
HIPERPLASIA KOMPENSASI dijumpai di sel-sel hati, terjadi setelah pengangkatan sebagian jaringan hati melalui pembedahan. Dari aspek kecepatan terjadinya, maka hiperplasi pada sel-sel hati ini sangat mencolok.
M ETAPLASIA
Metaplasia adalah perubahan jenis sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Proses ini biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi kontinyu yang timbul pada peradangan jaringan yang kronik. Dengan mengalarni metaplasia, sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan peradangan kronik akan menggatikan jaringan semula. Walaupun set-sel metaplastik bukan merupakan sel kankernamun iritan yang menyebabkan perubahan awal tersebut dapat bersifat karsinogenik.
Contoh-contoh Metaplasia
Contoh metaplasia yang paling umum adalah perubahan sel-sel saluran pernapasan dari sel epitel kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingikat sebagai respon terhadap merokok jangka panjang. Sel-sel bersilia, yang penting untuk mengeluarkan kotoran, mikro-organisme, dan toksin:di saluran pernapasan, mudah mengalami cedera oleh asap rokok. Sel-sel epitel bertingkat lebih mampu bertahan terhadap kerusakan asap rokok. Sayangnya sel-sel ini tidak memiliki peran pelindung seperti sel-sel bersilia. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker paru tersering di Amerika Serikat.
DISPLASIA
Displasia adalah kerusakan pertumbuhan sel yang rnenyebabkan lahirnya sel-sel yang berbeda ukuran, bentuk, dan penampakkannya dibandingkan sel asalnya. Displasia tampak terjadi pada sel-sel yang terpajan iritasi dan peradangan kronik. Walaupun perubahan sel ini tidak bersifat kanker, displasia adalah indikasi adanya suatu situasi berbahaya dan terdapat kemungkinan timbulnya kanker.
Contoh-contoh Displasia
Tempat tersering terjadinva displasia adalah saluran pernapasan (terutama sel skuamosa yang muncul akibat metaplasia) dan serviks wanita. Displasia serviks biasanya terjadi akibat infeksi sel oleh virus papiloma manusia (human papilloma virus, HPV). Displasia biasanya dikIasifikasikan dalam suatu skala untuk menggambarkan derajatnya, dari ringan sampai parah.
CEDERA SEL
Cedera sel terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan, Hal ini dapat terjadi apabila rangsangan tersebut terlalu lama atau tertalu berat. Berat ringannya cedera akan menentukan apakah sel tersebut dapat pulih kembali.
Sebab-sebab Cedera Sel
Hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi mikro-organisme, suhu yang berlebihan, radiasi, dan terpajan oleh radikal bebas semuanya menyebabkan cedera sel. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat-sifat transportasinya.
KEMATIAN SEL
Kematian sel (nekrosis sel) terjadi apabila suatu rangsangan terlalu berat atau berkepanjangan. Nekrosis sel dapat bersifat luas di dalam tubuh sehingga menyebabkan kematian individu.
Sebab-sebab Kematian Sel
Yang sering menyebabkan kematian sel adalah trauma, hipoksia lama, dan infeksi. Sering pada infeksi, respons imun tubuh terhadap mikroorganisme-lah yang sebenarnya membunuh sel-sel tubuh sendiri.
Akibat Kematian Sel
Sel-sel yang mati akan mengalami pencairan atau koagulasi kemudian dibuang atau diisolasi dari jaringan yang masih baik oleh sel-sel imun. Apabila dapat terjadi mitosis dan daerah nekrosisnya tidak terlalu luas, maka sel-sel baru dengan jenis yang sama akan mengisi kekosongan ruang yang ditinggalkan sel mati. Pada ruang yang kosong tersebut akan timbul jaringan parut apabila pembelahan sel tidak terjadi atau apabila daerah nekrosis terlalu luas.
GANGREN adalah akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat dikiasifikasikan sebagai kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ- organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertal oleh manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang disebut klostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma. Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan.
PENYEMBUHAN LUKA
Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui regenerasi sel atau pembentukan janingar parut. Tujuan dari kedua jenis perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah kerusakan agar integritas struktural jaringan pulih kembali.
Regenerasi jaringan dan.pembentukan jaringan parut dimulai dengan reaksi peradangan (Bab 3). Trombosit rnengontrol perdarahan dan sel-sel darah putih mencerna serta menyingkirkan jaringan yang mati dari daerah tersebut. Faktor-faktor pertumbuhan kemudian diproduksi untuk merangsang mitosis atau pembentukan jaringan parut.
Jenis-jenis Penyembuhan Luka
Suatu jaringan dikatakan mengalami penyembuhan secara intensi primer, ApabiIa proses penyembuhan tersebut berlangsung cepat dan hasilnya bersih. Sedangkan penyembuhan luka yang berjalan lambat dan disertai pembentukan jaringn parut dikatakan mengalami penyembuhan secara intensi sekundér.
Perlambatan penyembuhan dan perbaikan
Perbaikan jaringan dapat berjalan lambat apabila pejamu mengalami malnutrisi, penyakit sistemik, atau penurunan fungsi imun. Apabila aliran darah ke jaringan yang cedera berkurang atau timbul infeksi, maka penyembuhan dapat berjalan lambat atan kurang sempurna.
Pertimbangan Geriatrik
Penyembuhan luka pada orang lanjut usia akan mengalami perlambatan akibat penurunan aliran darah dan oksigenasi jaringan oleh berbagali penyakit sistemik seperti diabetes mellitus atau aterosklerosis. Pada orang lanjut usia, fungsi imun dan gizi juga akan berkurang.
KEADAAN PENYAKIT ATAU CEDERA
HIPOKSIA
Hipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam darah. Konsentrasi oksigen dalam darah bergãntung pada jumlah yang masuk ke paru-paru dan jumlah yang dibawa oleh darah.
Sebagian besar oksigen diangkut dalam bentuk terikat oleh besi-protein (hemoglobin), yang terdapat di sel darah merah namun demikian terdapat sebagian kecil oksigen yang diangkut dalam bentuk terlarut dalam darah. Sel dan jaringan akan mengalami hipoksia apabila pemasukan oksigen melalui sistem pernafasan tidak adekuat, gangguan penyampaian oksigen oleh sistem kardiovaskular, atau tidak adanya hemoglobin.
Oksigen diperlukan oleh mitokondria untuk fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP. Tanpa oksigen, proses-proses ini tidak dapat berjalan. Namun demikian ada glikolisis anaerob yang akan membentuk sebagian ATP, tetapi ATP hasil dari proses ini bukan merupakan sumber yang efisien, dan tidak dapat menunjang kebutuhan energi sel apabila terjadi hipoksia yang berkepanjangan.
Konsekuensi Hipoksia
Pada saat sel-sel kekurangan ATP, maka mereka tidak dapat lagi mempertahankan fungsinya , misalnya fungsi pemindahan anatrium dan kalium melalui pompa natrium-kalium. Tanpa pemompaan natrium-kalium, maka sel akan mulai menimbun natrium karena natrium berdifusi ke dalam sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi dan gradien listrik. Potensial listrik yang melintasi membran mulai turun seiring dengan penumpukan natrium intrasel. Tekanan osmotik di dalam sel meningkat, sehingga terjadi penarikan air ke dalam sel. Sel-sel iskemik (yang mengalami kekurangan oksigen) mulai membengkak sehingga terjadi dilatasi retikulum endoplasma,. penurunan fungsi mitokondria, dan peningkatan permeabilitas membran intrasel.
Konsekuensi kedua dari hipoksia adalah pembentukan asam laktat, yang terjadi selama glikolisis anaerob. Peningkatan asam laktat menyebabkan pH dalam sel dan darah menurun. Penurunan pH (peningkatan keasaman) intrasel menyebabkan kerusakan struktur-struktur inti, membran sel, dan mikrofilamen.
Efek hipoksia bersifat reversibel apabila oksigen dipulihkan dalam periode waktu tertentu, yang jumláhnya bervariasi dan bergantung pada jenis jaringan. Namun, pembengkan sel dapat menyebabkan pecahnya vesikel-vesikel rosom sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim dan lisis (terurainya) sel. Kematian sel ditandai oleh peningkatan kadar enzim-enzim intrasel yang melebihi normal di dalam sirkulasi umum.
Sebab-sebab Hipoksia
Penyebab hipoksia antara lain adalah penyakit pernapasan dan semua penyakit yang mempengaruhi aliran darabh Contoh-contohnya adalah infark miokardium, syok hemoragik, bekuan darah, berbagai racun, dan sebagian toksin yang dikeluarkan oleh mikro-organisme.
KERACUNAN SIANIDA terjadi akibat reaksi kimia antara sianida dengan substra akhir yang terdapat pada rantai transport elektron. Tanpa langkah akhir ini, maka fosforilasi oksidatif tidak terjadi, akibatnya pembentukan ATP juga tidak terjadi di mitokondria. Sianida terdapat di biji buah-buahan seperti, aprikot dan apel. Leatrile, suatu terapi kanker yang belum dibuktikan, dibuat dari biji-biji aprikot dan mengandung cukup banyak sianida yang dapat menimbulkan kematian.
KERACUNAN KARBON MONOKSIDA terjadi sewaktu karbon monoksida terhirup dan berikatan dengan oksigen di molekul hemoglobin. Afinitas hemoglobin untuk karbon monoksida adalah 300 kali Iebih kuat dibandingkan afinitasnya untuk oksigen Dengan demikian suatu kondisi yang terpajan oleh karbon monoksida akan menurunkan pengikatan dan transportasi oksigen di dalam darah. schingga terjadi hipoksia sel dan jaringan. Karborn monoksida merupakan hasil dari asap rokok, sebagian sistem pemanas, dan asap kendaraan bermotor.
KERACUNAN TIMAH dapat terjadi akibat tertelannva cat yang mengandung timaah.. Timah diketahui menghambat sintesis hemeglobin yang menyehabkan hipoksia, disamping itu keracunan zat inl akan mempengaruhi banyak organ, termasuk otak.Timah dalam dosis besar juga menyebabkan lisis sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia berat.
Gambaran Klinis
· Penurunan fungsi sel. Apabila sumber hipoksia adalah kegagalan pernapasan atau infark miokanium, maka semua jaringan akan terkena, dan kematian sel dapat terjadi.
· Peningkatan kecepatan denyut jantung
· Kelemahan otot
· Keracunan sianida:
perasaan tercekik disertai percepatan pernapasan, kemudian sesak nafas
· Keracunan karbon monoksida: percepatan pernapasan diikuti oleh rasa berdenging di telinga, mengantuk, dan konfusi. Pernapasan cepat berhenti dan pasien tidak sadar.
· Keracunan timah: keram perut, hiperraktivitas, anoreksia, adanya garis timah di gusi, dan keram otot.
Komplikasi
· Gangguan kesadaran yang berkembang menjadi koma dan kematian apabila terjadi hipoksia serebrum (otak) yang berkepanjangan
· Kegagalan organ, termasuk sindrom distres pernapasan, dapat terjadi pada hipoksia lama.
Penatalaksanaan
· Peningkatan kadar oksigen yang dihirup melalui topeng (mask)atau ventilasi mekanis
· Untuk keracunan sianida, digunakan terapi nitrat dan natnium tiosulfat
· Untuk keracunan karbon monoksida, digunakan terapi oksigen hiperbarik (tekanan tinggi)
· Untuk keracunan timah, emetik digunakan untuk merangsang muntah pada keracunan akut. Untuk kelainan yang kronik, digunakan chelating agents (untuk menyingkirkan timah dari sirkulasi).
Pertimbangan Pediatrik
Anak-anak berisiko tinggi mengalami keracunan timah karena timah lebih cepat diserap melalui usus mereka dan mereka cenderung tertarik dengan rasa manis timah dalam cat. Anak-anak juga sering duduk di tanah tempat di mana timah cenderung untuk terkonsentrasi di tanah dan debu.
SUHU YANG BERLEBIHAN
Suhu yang terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan cedera atau kematian sel. Pajanan terhadap suhu yang sangat tinggi dapat menyebabkan luka bakar, yang secara langsung mematikan sel, atau secara tidak langsung mencederai atau mematikan sel melalui koagulasi pembuluh darah atau penguraian membran sel (lihat Bab 18). Pajananterhadap suhu yang sangat dingin mencederai sel melalui dua cara. Pertama, terjadi konstriksi pembuluh darah yang menyalurkan makanan dan oksigen ke ekstremitas. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha untuk mempertahankan suhu sentral (core temperature), yang diawali dengan konstriksi pembuluh darah pada jari tangan/kaki, telinga, dan hidung. Penurunan aliran darah menyebabkan iskemia sel dan jaringan. Aliran darah yang lambat juga meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, yang semakin menghambat osigenasi jaringan. Efek kedua dari pajanan terhadap suhu yang sangat dingin adalah pembentukan kristal-kristal es di dalam sel. Hal ini secara langsung merusak sel dan dapat menyebabkan kehancuran sel.
Gambaran Klinis Pajanan Dingin
· Rasa baal atau kesemutan dl kulit atau ekstremitas
· Kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba
Komplikasi
· Dapat terjadi pembekuan darah, yang ditandai oleh nyeri dan penurunan denyut nadi, di sebelah tepi bekuan. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk waktu yang cukup lama, maka dapat terjadi gangrene
· Dapat terjadi disritmia ventrikel
Penatalaksanaan
· Penghangatan secara perlahan
· Perlunya obat-obatan, untuk melisiskan bekuan darah
· Untuk gangren, diperlukan antibiotik dan mungkin amputasi
CEDERA RADIASI
Radiasi adalah transmisi energi meIalui emisi berkas cahaya atau gelombang. Energi radiasi bisa terletak di rentang sinar tampak, tetapi dapat pula lebih besar atau lebih kecil dibandingkan sinar tampak. Radiasi energi-tinggi (termasuk radiasi ultraviolet) disebut radiasi ionisasi karena memiliki kapasitas melepaskan elektron dari atom atau molekul yang menyebabkan terjadinya ionisasi. Radiasui energi-rendah disebut radiasi nonionisasi karena tidak dapat melepaskan elektron dari atom atau molekul.
Efek Radiasi Pengion
Radiasi pengion dapat menyebabkan kematian sel baik secara langsung dengan merusak membran sel dan menyebabkan pembengkakan intrasel sehingga terjadi lisis sel, atau secara tidak langsung dengan merusak ikatan antara pasangan-pasangan basa molekul DNA. Rusaknya ikatan tersebut menyebabkan kesalahan-kesalahan pada replikasi atau transkripsi DNA. Kesalahan-kesalahan tersebut sebagian dapat diperbaiki; apabila tidak, maka kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan kematian sel atau timbulnya kanker akibat hiangnya kontrol genetik atas pembelahan sel.
Radiasi pengion juga dapat menyebabkan terbentuknya RADIKAL BEBAS. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan electron yang tidak memiliki pasangan. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi di mana ia dapat mempero!eh kembali elektron pasangannya. Selama menjalankan proses tersebut, radikal bebas dapat merusak membran sel, retikulum endoplasma, atau DNA sel-sel yang rentan.
Sel-sel yang Rentan Terhadap Radiasi Pengion
Sel-sel yang paling rentan terhadap kerusakan akibat radiasi pengion adalah sel-sel yang sering mengalami pembelahan, termasuk sel-sel saluran cerna, integumen (kulit dan rambut), dan sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang.
Radiasi pengion didapatkan dari pancaran sinar matahari, sinar-X. dan pada zat-zat yang mengalami peluruhan radioaktif, termasuk zat-zat yang ditemukan di tanah dan batu-batuan serta zat-zat yang dihasilkan oleh senjata dan reaktor nuklir. Radiasi pengion juga dipancarkan oleh bahan-bahan yang digunakan dalam diagnosis dan terapi medis.
Efek Radiasi Nonionisasi
Radiasi nonionisasi mencakup radiasi gelombang-mikro dan ultrasonografik. Radiasi ini memiliki energi yang terlalu kecil untuk dapat memutuskan ikatan DNA atau merusak membran sel, tetapi radiasi inidapat meningkatkan suhu suatu sistem, dan menyebabkan perubahan dalam fungsi-fungsi transportasi. Efek radiasi nonionisasi pada kesehatan, Sedang dalam penelitian.
Gambaran Klinis Radiasi Pengion
· Kemerahan atau kerusakan kulit
· Terjadi mual dan muntah akibat kerusakan saluran cerna, apabila dosis tinggi
· Anemia apabila sumsum tulang rusak
· Kanker, dapat terjadi setelah terpapar beberapa tahun akibat produksi dan kromosom yang pecah, mengalami delesi, atau translokasi.
Penatalaksanaan
· Kerusakan akibat dosis rendah akan diperbaiki oleh sel dan tidak memerlukan terapi
· Kanker dapat diobati dengan terapi radiasi, kemoterapi, imunoterapi, atau pembedahan
Pertimbangan Pediatrik
Sel-sel janin mengalami replikasi dan pembelahan sel yang sangat cepat serta sangat rentang terhadap efek perusak dari radiasi ionisasi. Bayi dan anak juga mengalami masa pertumbuhan dan proliferasi sel yang cepat sehingga berisiko juga mengalami kerusakan genetic dari radiasi ionisasi. Efek pajanan terhadap radiasi nonionisasi pada janin, sampai saat ini belum diketahui misalnya, pada seorang wanita hamil yang menggunakan selimut listrik.
CIDERA AKIBAT MIKRO-ORGANISME
Mikro-organisme yang infeksius bagi mananusia mencakup berbagai bakteri, virus, mikoplasma, riketsia, klamidia, jamur, dan protozoa. Sebagian dari organisme-organisme ini meng-infeksi manusia melalui akses langsung, misalnya inhalasi, sementara yang lain menginfeksi melalui transmisi vektor perantara, misalnya dari sengatan/gigitan serangga.
Sel-sel tubuh dapat mengalami kerusakan secara langsun oleh mikro-org anisme, melalui toksin yang dikeluarkan oleh mikro-organisme, atau secara tidak langsung akibat reaksi imun dan peradangan yang muncul sebagai respons terhadap mikro-organisme (Bab 3).
BAKTERI
Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk menyuplai makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakieri terdiri dan sitoplasdma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Di dalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang.diperlukan untuk metabolisme energi. Bakteri bereproduksi secara aksesual melalui replikasi DNA dan pembelahan sel sederhana. Sebagian bakteri rnembentuk kapsul yang mengelilingi dinding sel sehingga ia lebih tahan terhadap serangan sistem imun pejamu. Bakteri dapat bersifát aerob atau anaerob. Sebagian bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu.
Laboratorium sering mengklasifikasikan bakteri sebagai gram negatif atau positif. Bakteri positif-gram mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu. Pada pewarnaan standar laboratonium, bakteri gram positif akan memberikan warna ungu. Bakteri gram positif mengandung protein di dinding selnya yang merangsang respons peradangan (endotoksin). Bakteri gram negatif berwarna merah pada pewarnaan Iaboratoriurn sekunder.
Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi stafilokokus atau streptokokus, gonore, sifilis, kolera, sampar, salmonelosis, sigeIosis, demam tifoid, penyakit Legionnaire, difteri, Haemophilus influenzae, pertusis, tetanus, dan penyakit Lyme. Suatu subset bakteri yang sulit diterapi adalah mikobakteri. Mikroorganisme golongan mi merupakan penyebab penyakit tuberkulosis dan lepra.
VIRUS
Virus, tidak sepenting bakteri, Ia memerlukan pejamu untuk bereproduksi. Virus terdiri dan satu antai DNA atau RNA, yang terkandung dalam sualu selubung protein ying disebut kapsid. Virus hams berikatan dengan membran sd pejamu, utik masuk ke dalam sel, dan kernudian bergerak ke inti sd pejamu agar dat bereproduksi. Seteiah berada di dalam inti set, maka DNA virus kenmdian menyatu ke DNA set pejamu untuk memastikan bahwa gen-gen virus akan diwariskan kepada masing-masing sel-sel baru selama miosis. Setelah berada di DNA, virus mulai mengambil alih fungsi sel. RNA virus juga mulai mengontrol fungsi sel.
Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus adalah ensefalitis, demam kuning, campak Jerman, rubela, gondongan, poliomielitis, hepatitis, dan berbagai infeksi virus pada saluran napas. Virus jenis tertentu ninripu masuk ke DNA pejamu dan tersembunyi (laten) selama bertahun-tahun dan hanya kadang-kadang menimbulkan penyakit atau bahkan tidak sama sekali. Virus yang tetap laten adalah virus golongan herpes, termasuk virus herpes penyebab varisela (cacar air), zoster (cacar ular), sitomegalovirus, mononukleosis, dan virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 yang menyebabkan cold sores (gingivostomatitis herpes) dan herpes genitalis.
Retrovirus
Salah satu jenis unik dan vini.fs adalah golongan retrovirus. Virus-virus ini adalah RNA virus yang mampu menggabungkan diri ke dalam DNA pejamu sebagai akibat kerja enzim reverse transcriptase yang mengubab RNA virus menjadi DNA. Retrovirus tampaknya membawa reverse transcriptase sebagai bagian dari strukturnya.
Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh retrovirus adalah acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV), dan.suatu bentuk leukemia.
MIKOPLASMA
Mikoplasma adalah mikro-organisme unisel yang sangat mirip kerjanya dengan bakteri, kecuali bahwa ia berukuran lebih kecil dan tidak memiliki dinding sel peptidoglikan. Banyaknya antibiotik (misalnya, golongan penisilin) yang bekerja dengan cara merusak dinding sel peptidoglikan, menyebabkan mikoplasma tidak peka terhadap antibiotik-antibiotik ini.
Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mikoplasma adalah pneumonia mikoplasma, penyakit pernapasan lainnya, dan sebagian infeksi genitalia.
RIKETSIA
Riketsia memerlukan pejarnu agar dapat bereproduksi secara aseksual. Mikro-organisme golongan ini mengandung RNA dan DNA di dalam dinding sel peptidoglikan yang kaku. Riketsia ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu, kepinditg, atau kutii hewan. Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh riketsia adalah tifus dan Rocky Mountain spotted fever.
KLAMIDIA
Klamidia adalah organisme unisel yang bereproduksi secara aksesual di dalam sel pejamu. Mikro-organisme golongan ini masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia dan mengalami siklus-siklus replikasi. Penyakit utama pada manusia yang disebabkan oleh klamidia ada!ah infeksi urogenital yang ditularkan melalui hubungan kelamin.
JAMUR
Jamur mencakup ragi (yeast) dan kapang (mold). .Jamur memiliki inti sel dan dikelilingi oleh dinding sel yang kaku. Jamur biasanya tidak menyebabkan penyakit, dan pada kenyataannya, sebagian jamur dianggap sebagat flora normal pada manusia. Sebagian besar infeksi jamur bersifat superfisial, tetapi sebagian dapat terletak lebih kedalam dan menyebabkan infeksi di berbagai organ dan jaringan vital.
INFEKSI JAMUR SUPERFISIAL pada manusia mencakup kandidiasis mulut (thrush), kandidiasis vagina (infeksi ragi), dan infeksi di kulit misalnya kurap (ringworm), kutu air (athlete’s foot), dan tinea kruris (jock itch).
INFEKSI DALAM JAMUR OPORTUNISTIK, pada manusia mencakup infeksi histoplasmosis dan coccidioidomycosis pada saluran napas. Kedua Infeksi saluran napas ini sering dijumpai pada pengidap AIDS. lnfeksi jamur sistemik dan di otak juga dapat terjadi. Infeksi jamur ini sering terjadi pada manusia dengan gangguan fungsi imun. Infeksi-infeksi ini dianggap bersifat oporlunistik (ditimbulkan oleh organisme yang hanya dapat berproliferasi apabila respons imun buruk).
PARASIT
Istilah parasit mencakup protozoa, cacing, dan artropoda.
PROTOZOA adalah omganisme unisel yang mampu menyebabkan infeksi. Infeksi ditularkan secara langsung antara individu melalui air atau makanan yang tercemar, atau melalui vektor semangga. Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh protozoa adalah malaria dan giardiasis saluran cerna.
CACING memerlukan pejamu agar dapat bereproduksi secara seksual. Penularan terhadap manusia terjadi melalui perilaku makan atau penetrasi kulit. Contoh-contoh penyakit yang sering menyerang manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing gelang (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Cacing merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna di negara-negara yang sedang berkembang.
ARTROPODA adalah kutu dan nyamuk yang berfungsi sebagai vektor untuk membawa penyakit ke manusia. Contoh-contoh penyakit pada manusia akibat artropoda adalah bubonic plague (yang disebabkan oleh basilus) dan tifus (disebabkan olch riketsia). Artropoda lain menginfeksi dan merusak permukaan tubuh melalui gigitan atau pembentukan terowongan. Artropoda yang menginfeksi permukaan tubuh adalah kutu, skabies, atau tuma.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis infeksi bergantung pada .vektor yang terlibat, tempat infeksi, dan keadaan kesehatan awal pejamu.
· Infeksi oleh bakteri, virus, dan mikoplasma sering menimbulkan:
- Pembesaran kelenjar getah bening regional
- Demam (biasanya ringan pada infeksi virus)
- Nyeri tubuh
- Ruam atau erupsi kulit, terutama pada infeksi virus
· Infeksi oleh klamidia sering menyebabkan:
- Uretritis (peradangan uretra) pada
- Servisitis (peradangan serviks) pada wanita, disertai pengeluaran mukopurulen dan gatal atau rasa terbakar sewaktu berkemih
· lnfeksi oleh parasit sering menyebabkan:
- ruam kulit
- demam dan menggigil
- malgia (nyeri otot)
- Pembentukan trombus di organ-organ
· lnfeksi oleh jamur sering menyebabkan:
- Gatal di kulit atau kepala pada infeksi superfisial
- Ruam atau perubahan warna kuku pada infeksi superficial
- plak putih di bagian dalam mulut path oral thrush
- tanda-tanda pneumonia yang disertai infeksi yang dalam atau tanda-tanda pneumonia pada pejamu yang mengalami gangguan fungsi imun
· lnfeki oleh parasit seeing menyebabkan:
- diare oleh parasit saluran cerna
- demam disertai malaria
- gatal dan ruam pada infeksi kulit
Penatalaksanaan
• Bakteri dan mikoplasma diobati dengan pemberian antibiotik, Sebaiknya setelah dilakukan pembiakan kuman untuk menentukan mikroorganisme apa yang menyebabkan infeksi dan terhadap antibiotik mana kuman tersebut rentan
• Beberapa infeksi virus tertentu dapat ditreapi dengan obat antivirus. Infeksi virus lainnya biasanya dibiarkan sembuh sendiri, dengan perawatan untuk mencegah bakteri sekunder menginfeksi daerah lain
• Riketsia biasanya diterapi dengan pemberin antibiotik tetrasiklin
• Jamur diobati dengan nistatin topikal untuk infeksi kulit, amfoterisin B untuk infeksi dalam. Pentamidin digunakan untuk Preumocystis carinii.
• Infeksi parasit pada saluran cerna diobati dengan obat-obat spesifik, antara lain metronidazol (Flagyl) untuk giardiasis. Malaria diterapi dengan berbagai obat antimalaria. Terapi profilaktik (pencegahan) dianjurkan untuk orang yang bepergian ke daerah yang sering dijangkiti malaria. Pes diterapi dengan berbagai antibiotik, termasuk tetrasiklin. lnfeksi kulit diterapi dengan berbagai obat topikal.
Kepustakaan Pilihan
Brent GA, DD Moore, dan PR Larsen (1991). Thyroid hormone regulation of gene expression. Annual Review of Physiology, 53,17-35
Dlugosa L (1992). Congenital defects and electric bed heating in New York State: A register-based case control study. American Journal of Epidemiology, 135,1000-1011
Fedoroff N, dan D Bostein, ed (1992). The Dynamic Genome: Barbara McClintock’s Ideas in the Century of Genetics. Cold Spring Harbor Laboratory Press
Feychting M, dan A Ahlbom (1993). Magnetic fields and cancer in children residing near Swedish high-voltage power lines. American Journal of Epidemiology, 138,467-481
Goldman LR, dan J Carra (1994). Childhood lead poisoning in 1994. Journal of the American Medical Association, 272,455-461
Guyton AC (1993). Textbook of Medical Physiology (ed ke-8). Philadelphia: WB Saunders
Harruff RC (1994). Pathology Facts. Philadelphia: JB Lippincott Company
Kadham MA, DA MacDonald, SA Lorimore, SJ Marsden, dan E Wright (1992). Transmission of chromosomal instability after plutonium alpha-particle irradiatin. Nature, 355,738-740
Porth CM (1994). Pathophysiology Concepts of Altered Health States (ed ke-4). Philadelphia: JB Lippincott Company
Rennie J (1993). DNA’s new twists. Scientific American, March, 122-132
Rosenthal N (1994). Regulation of gene expression. New England Journal of Medicine, 331,931-933
Sumber : http://zamzam2701.blogspot.co.id/2011/06/struktur-dan-fungsi-sel.html?m=1
Penulis :Rezy Fitriana Suryani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar